PENDAHULUAN
Latar
belakang
Zat didefinisikan sebagai
sesuatu yang mempunyai massa dan memerlukan ruang. Berdasarkan
wujudnya, zat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu zat padat, zat cair dan
gas. Setiap zat padat mempunyai massa
jenis tertentu. Demekian juga dengan zat
cair dan gas. Oleh karena itu kita
dapat mengetahui jenis zat berdasarkan
massa jenisnya (Hidayat, 1979).
Massa
jenis (P) didefinisikan sebagai perbandingan antara massa zat dan
volumenya. Nilai massa jenis hanya
bergantung pada jenis zat, tidak bergantung pada massa atau volume zat. Dengan kata lain, nilai massa jenis suatu zat
adalah tetap. Massa jenis berfungsi
untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda. Dan
satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang
sama (Kondo, 1982).
Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada
massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya
zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Satuan massa jenis adalah kg/m3 atau g/cm3,
jenis zat dapat diketahui dari massa jenisnya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan
total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi)
akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air) (Kondo, 1982).
Selain
karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung, maka
massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis,
atau yang dinamakan “Massa Jenis Relatif”.
Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama (Bredthauer, 1993).
Satuan massa adalah kg atau gram dan satuan volume m3
atau cm3 sehingga satuan massa jenis adalah kg/m3 atau
g/cm3. Massa jennis merupakan
ciri khas benda. Setiap benda yang
sejenis memiliki massa jenis yang sama dan setiap benda yang berlainan jenis
memiliki massa jenis yang berbeda. Massa
jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui massa dan volume zat tersebut (Bredthauer, 1993).
Menghitung massa jenis suatu zat berbeda, untuk menghitung zat
padat yang tidak beraturan seperti balok kayu, volumenya dihitung dengan
pengkuran secara tidak langsung dengan persamaan :
|
Pengukuran massa benda dilakukan
dengan alat yang disebut neraca dan tiap – tiap alat mempunyai ketelitian. Pada umumnya pengukuran massa dilakukan
secara perbandingan, di dalam laboratorium dikenal neraca teknis atau neraca
analis atau sering disebut neraca analitik sebagai alat untuk menetapkan massa
suatu benda. Massa jenis suatu benda
adalah banyaknya massa tersebut dalam satuan volume (Searss,
1985).
Rapat massa suatu bahan
yang homogen didefinisikan sebagai massanya per satuan volume. Suatu kerapatan dalam ketiga sistem satuan
adalah satu kilogram per m3, satu gram per cm3 (Searss,
1985).
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari praktikum kali ini adalah menghitung massa jenis benda dan membandingkan
rapatannya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Massa Jenis Benda Padat
Massa jenis
adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun
massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama (Searss,
1985).
Massa adalah jumlah partikel yang terkandung dalam suatu zat. Massa
merupakan salah satu ciri dari suatu zat. Dalam Satuan
internasional (SI) adalah kilogram dan dalam cgs adalah gram. Massa jenis adalah kerapatan suatu zat
Massa jenis diturunkan dari besaran massa dan volume. Massa jenis adalah massa benda per satuan volume, lambang massa jenis adalah rho (ρ). Massa jenis merupakan hasil bagi antara massa dengan volume. Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu, zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama (Kondo, 1982).
Massa jenis diturunkan dari besaran massa dan volume. Massa jenis adalah massa benda per satuan volume, lambang massa jenis adalah rho (ρ). Massa jenis merupakan hasil bagi antara massa dengan volume. Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu, zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama (Kondo, 1982).
Massa jenis relatif adalah nilai perbandingan massa jenis. Kegunaannya
untuk mengetahui massa jenis zat. Massa jenis relatif
tidak mempunyai satuan.
Dasar penggunaan massa jenis relative Massa jenis merupakan besaran turunan dari massa dan volume dalam praktiknya pengukuran volume biasanya kurang teliti dibandingkan dengan pengukuran massa. Oleh karena itu, untuk lebih teliti dalam menentukan massa jenis dapat dilakukan dengan mengukur massanya dengan massa jenis air. Karena massa jenis air merupakan bilangan yang mudah diingat, yaitu 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3, dengan demikian untuk mengetahui massa jenis relatif suatu zat selalu akan menggunakan perbandingan massa jenis zat dengan bilangan 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3 (Kondo, 1982).
Dasar penggunaan massa jenis relative Massa jenis merupakan besaran turunan dari massa dan volume dalam praktiknya pengukuran volume biasanya kurang teliti dibandingkan dengan pengukuran massa. Oleh karena itu, untuk lebih teliti dalam menentukan massa jenis dapat dilakukan dengan mengukur massanya dengan massa jenis air. Karena massa jenis air merupakan bilangan yang mudah diingat, yaitu 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3, dengan demikian untuk mengetahui massa jenis relatif suatu zat selalu akan menggunakan perbandingan massa jenis zat dengan bilangan 1 g/cm3 atau 1.000 kg/m3 (Kondo, 1982).
Massa jenis zat dapat dihitung dengan membandingkan massa zat
(benda) dengan volumenya. Massa jenis merupakan
salah satu ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang sama,semakin rapat zatnya,
semakin besar massanya. Sebaliknya makin
renggang, makin kecil massa suatu benda. Pada massa yang sama, semakin rapat zatnya,
semakin kecil volumenya. Sebaliknya, semakin renggang
kerapatannya semakin besar volumenya (Bredthauer, 1993).
Konsep massa jenis sering digunakan untuk dapat menentukan
dengan tepat jenis suatu zat (benda) apa yang sesuai dengan kebutuhannya,
misalnya dalam industri pesawat terbang, dibutuhkan suatu zat (bahan) yang kuat
tetapi ringan, maka digunakan aluminium sebagai badan pesawat, karena aluminium
lebih ringan massanya daripada besi
(Hidayat, 1979).
Sebagai contoh massa 1 liter air pada suhu 4oC adalah 1 kg. Jika volume air tersebut 2 liter , massanya pasti 2 kg, demikian
seterusnya. Nilai suatu
benda atau suatu zat adalah tetap, tidak
bergantung pada massa dan volume zat. Karena menurut SI satuan
massa zat adalah kg dan satuan volume adalah m3, satuan massa jenis
zat (ρ) adalah kg/m3. Selain itu, massa jenis zat juga sering dinyatakan dengan satuan
gram/cm3 (Hidayat, 1979).
Rapatan
Massa jenis/kerapatan suatu
fluida dapat bergantung pada banyak factor seperti temperatur fluida dan
tekanan yang mempengaruhi fluida. Akan tetapi pengaruhnya
sangat sedikit sehingga massa jenis suatu fluida dinyatakan sebagai
konstanta/bilangan tetap. Rapat massa (ρ)
adalah suatu besaran turunan yang diperoleh dengan membagi massa suatu benda
atau zat dengan volumenya (Bredthauer, 1993).
Teori
fungsi kerapatan (DFT,
Density functional theory) merupakan salah satu dari beberapa pendekatan
populer untuk perhitungan struktur
elektron banyak-partikel secara mekanika kuantum untuk sistem molekul dan bahan
rapat. Teori Fungsi Kerapatan (DFT) adalah
teori mekanika kuantum
yang digunakan dalam fisika dan kimia
untuk mengamati keadaan dasar dari sistem banyak partikel (Bredthauer, 1993).
Metode
tradisional dalam perhitungan struktur elektron, seperti teori Hartree-Fock didasarkan pada fungsi
gelombang banyak-elektron yang rumit. Sasaran utama dari teori fungsi kerapatan
adalah menggantikan fungsi
gelombang elektron banyak-partikel dengan kerapatan elektron sebagai
besaran dasarnya. Fungsi gelombang
partikel-banyak bergantung pada 3N variabel, yaitu tiga variabel ruang untuk
masing-masing N elektron, sedangkan kerapatan hanya merupakan fungsi dari 3
variabel, jadi merupakan suatu besaran yang sederhana untuk ditangani, baik
secara konsep maupun secara praktis (Hidayat, 1979).
Walaupun teori fungsi kerapatan memiliki dasar konseptualnya dalam model
Thomas-Fermi, DFT tidak berlandaskan pijakan teoretis
yang kuat sampai munculnya teorema Hohenberg-Kohn (HK) yang menunjukkan adanya pemetaan
satu-satu antara kerapatan elektron keadaan
dasar dengan fungsi gelombang keadaan dasar dari sistem
banyak-partikel. Selain itu, teorema HK
membuktikan bahwa kerapatan keadaan dasar meminimalkan energi
elektron total sistem tersebut.
Karena teorema HK berlaku hanya untuk keadaan dasar, DFT juga merupakan
sebuah teorema keadaan dasar (Bredthauer, 1993).
Teorema
Hohenberg-Kohn hanya suatu teorema keberadaan, yang menyatakan bahwa
penggambaran itu ada, tetapi tidak menghasilkan penggambaran apapun yang tepat
seperti itu. Teorema tersebut dalam
penggambaran ini dibuat pendekatan. Penggambaran yang paling terkenal adalah
pendekatan kerapatan lokal (LDA) yang memberikan pendekatan penggambaran dari
kerapatan sistem terhadap energi total. LDA digunakan untuk gas elektron yang seragam,
dikenal juga sebagai jellium
(Bredthauer, 1993).
Pada
kenyataannya, teorema HK jarang digunakan secara langsung untuk membuat
perhitungan. Sebagai gantinya,
implementasi teori fungsi kerapatan yang paling umum digunakan saat ini adalah
metode Kohn-Sham. Dalam kerangka DFT
Kohn-Sham, masalah interaksi elektron banyak partikel, potensial statis eksternal
direduksi menjadi sebuah masalah yang mudah dikerjakan dengan penggantian
elektron yang tidak berinteraksi menjadi sebuah potensial
efektif. Potensial efektif meliputi potensial eksternal dan pengaruh interaksi
“Colomb” antar electron (Bredthauer, 1993).
Dalam
banyak kasus, DFT dengan pendekatan kerapatan lokal memberikan hasil yang memuaskan
jika dibandingkan dengan data eksperimen pada daya komputasi yang relatif
rendah, ketika dibandingkan dengan cara-cara penyelesaian masalah mekanika
kuantum banyak-partikel yang lain (Bredthauer, 1993).
DFT
menjadi sangat terkenal untuk perhitungan dalam fisika
keadaan padat sejak tahun 1970.
Akan tetapi, DFT tersebut tidak dapat dipertimbangkan cukup akurat untuk
perhitungan kimia kuantum sampai
tahun 1990, ketika pendekatan digunakan dalam teori dihasilkan perbaikan yang
lebih baik. DFT kini merupakan suatu
metode yang mengarahkan pada perhitungan struktur elektron dalam berbagai
bidang. Akan tetapi, masih ada sistem
yang tidak dapat dijelaskan dengan baik dengan LDA. LDA tidak dapat menjelaskan dengan baik interaksi antar molekul, terutama gaya van der Waals
(dispersi). Hasil lain yang terkenal
adalah perhitungan celah
pita dalam semikonduktor, tetapi
larangan ini tidak dapat memperlihatkan kegagalan, karena DFT adalah teori
keadaan dasar dan celah
pita adalah sifat keadaan tereksitasi (Bredthauer, 1993).
BAHAN DAN
METODE
Bahan dan
Alat
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah air, batu, balok kayu, mahkota dewa, kacang tanah, paku digunakan pada
kegiatan 1. Pada kegiatan 2 bahan yang digunakan adalah air, telur mentah, garam. Sedangkan pada kegiatan 3 bahan yang
digunakan adalah
tomat, makaroni, madu, minyak sayur dan alkohol (90-95%).
Alat
Alat – alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah hidrometer, gelas ukur, dan timbangan yang digunakan pada
kegiatan 1. Pada kegiatan 2 alat yang digunakan adalah stoples ukuran 1 liter, penggaris,
sendok makan, dan gunting. Sedangkan pada
kegiatan 3 alat yang digunakan adalah bola pimpong dan stoples ukuran 1 liter.
Metode Praktikum
Kegiatan 1.
Topik : Massa jenis benda (1)
·
Ditimbang semua benda – benda kecil (balok kayu, batu, mahkota
dewa, paku dan kacang tanah) menggunakan timbangan, dicatat massa benda – benda
tersebut.
·
Dimasukkan air ke dalam gelas ukur sampai berisi 500 ml
·
Kemudian masukkan salah satu benda kecil yang telah ditimbang
tersebut ke dalam gelas yukur berisi air.
·
Dicatat berapa penambahan isi gelas ukur dengan melihat kenaikan
batas garis ukur pada gelas ukur.
·
Diulangi dua langkah terakhir untuk benda kecil lainnnya.
·
Dihitung massa jenis masing – masing benda.
Kegiatan 2.
Topik :
Massa Jenis Benda (2)
·
Timbang labu ukur yang bersih dan kering
bersama tutupnya.
·
Isi labu ukur dengan pasir halus atau
tepung kira-kira mengisi 1/3 bagian volumenya.
·
Timbang labu ukur berisi
pasir/tepung/kapur beserta tutupnya. Isikan air perlahan-lahan ke dalam labu
ukur berisi pasir atau tepung, kocok-kocok dan isi sampai penuh sehingga tidak
ada gelembung udara di dalamnya.
·
Timbang labu ukur berisi
pasir/tepung/kapur dan air tersebut beserta tutupnya.
·
Bersihkan labu ukur dan isi penuh dengan
air hingga tidak ada gelembung di dalamnya.
·
Timbang labu ukur berisi penuh air dan
tutupnya.
·
Bersihkan dan keringkan piknometer.
·
Buat ulangan 3 kali dan tentukan
besarnya kesalahan dalam pengukuran.
Kegiatan 3.
Topik :
Rapatan (1)
·
Diisi stoples dengan air setengahnya
·
Diletakkan telur dan sendok di atas meja yang mudah di raih
·
Dimasukkan telur ke dalam stoples yang berisi air
·
Kemudian gunakan sendok untuk mengambil telur yang telah
dimasukkan ke dalam stoples tadi
·
Dimasukkan garam ke dalam stoples yang berisi air dan diaduk
dengan dengan sendok hingga garam tersebut larut
·
Dimasukkan telur ke dalam stoples yang berisi air garam
·
Diamati apa yang terjadi pada telur tersebut
Kegiatan 4
Topik :
Rapatan (2)
·
Dimasukkan madu ke dalam stoples dengan hati – hati
·
Kemudian ditambahkan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam air
·
Dituangkan air tersebut ke dalam stoples
·
Ketika menambahkan setiap cairan, dituangkan dengan sangat hati –
hati agar tidak mengganggu lapisan sebelumnya
·
Selanjutnya pelan – pelan dituangkan minyak sayur ke dalam stoples
·
Setelah itu di tambahkan alkohol ke dalam stoples
·
Dimasukkan benda – benda kecil ( paku, makaroni, tomat, bola
pimpong) ke dalam stoples yang telah di isis dengan beberapa jenis benda cair
dengan pelan – pelan. Dimasukkan satu per satu benda – benda itu pada permukaan
lapisan cairan
·
Diamati apa yang terjadi pada benda – benda
Pelaksanaan
Praktikum
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan
di Laboratorium Fisika-Kimia Jurusan Tanah Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru, pada hari Selasa tanggal
2 April 2013 pukul 16.00 – 18.00 Wita.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Praktikum yang dilaksanakan memperoleh beberapa hasil sebagai
berikut :
Kegiatan 1. Massa jenis
benda (1)
No.
|
BENDA
|
MASSA
|
VOLUME
|
MASSA JENIS
|
1.
|
Balok
|
124,99 g
|
253,53 ml
|
0,49 gr/ml
|
2.
|
Batu
|
70,39 g
|
29 ml
|
2,42 gr/ml
|
3.
|
Mahkota Dewa
|
42,17 g
|
45 ml
|
0,93 gr/ml
|
4.
|
Paku
|
4,77 g
|
0,5 ml
|
9,54 gr/ml
|
5.
|
Telur
ayam
|
53,31 g
|
50 ml
|
1,06 gr/ml
|
6.
|
Telur
puyuh
|
10,33 g
|
10 ml
|
1,033 gr/ml
|
7.
|
Mahkota Dewa
|
70,68 g
|
60 ml
|
1,17 gr/ml
|
Kegiatan 2. Massa jenis benda (2)
Jenis Benda
|
Ulangan
|
m1
|
m2
|
m3
|
m4
|
Massa Jenis
|
Pasir Halus
|
1
|
18,92
|
45,87
|
26,37
|
49,22
|
2,12
|
|
2
|
18,92
|
45,87
|
25,15
|
49,82
|
2,16
|
|
3
|
18,92
|
45,87
|
25,76
|
49,82
|
2,36
|
Tepung
|
1
|
18,92
|
45,87
|
22,82
|
43,86
|
0,66
|
|
2
|
18,92
|
45,87
|
21,02
|
45,13
|
0,74
|
|
3
|
18,92
|
45,87
|
21,75
|
44,69
|
0,71
|
Kapur
|
1
|
18,92
|
45,87
|
22,07
|
47,18
|
1,7
|
|
2
|
18,92
|
45,87
|
21,92
|
46,93
|
1,54
|
|
3
|
18,92
|
45,87
|
21,52
|
46,75
|
1,51
|
|

Telur di air biasa
|
![]() ![]() ![]() |
Gambar 1.
Kegiatan 3. Rapatan (2)
No.
|
Benda
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Makaroni
|
Melayang
didalam air
|
2.
|
Bola
pimpong
|
Berada
di permukaan lapisan paling atas
|
3.
|
Paku
|
Tenggelam
di dalam madu (larutan paling bawah)
|

Gambar 2.
Pembahasan
Massa
jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa dibagi setiap volumenya. Massajenis tidak bergantunng pada jumlah zat,
sdikit atau banyak jumlah zat, massa jenisnya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa massa jenis
merupakan cirri khas suatu zat.
Massa jenis
rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis
yang sama. Kegiatan pertama dilakukan untuk mengetahui massa jenis pada zat
padat. Untuk mengetahui massa benda tidak beraturan dapat dilakukan pengukuran
dengan menimbang pada neraca. Karena
bentuknya tidak beraturan maka pengukuran volumenya dengan menggunakan gelas
ukur. Pada kegiatan ini diperoleh hasil
balok memiliki massa balok 124,99 g, batu 70,39 g, mahkota dewa 42,17 g, dan paku
8,40 g. Selain mengukur massa jenis
dilakukan jjuga pengkuran volume benda – benda tersebut dan diperoleh hasil,
pada balok memiliki volume 253,53 cm3, batu 29 ml, mahkota dewa 45
ml, dan paku 0,5 ml. Dari semua benda
yang diukur massa jenis yang paling berat adalah paku dan massa jenis yang
paling ringan adalah balok kayu.
Dari percobaan yang
dilakukan, untuk menentukan massa suatu benda, volume suatu benda dan massa
jenis suatu benda, diperlukan ketelitian pengukuran panjang, lebar, tinggi dan
diameter suatu benda mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang mendekati
kebenaran.
Pada kegiatan kedua yang dilakukan di peroleh
hasil telur tenggelam diair biasa dan melayang di air garam. Pada air biasa massa jenis telur lebih berat
di bandingkan dengan massa jenis air sedangkan pada air yang telah diberi garam
massa jenis air bertambah sehingga massa jenis air lebih berat dibandingkan
dengan massa jenis telur tersebut. Pada
kegitan yang dilakukan dapat diterapkan pada IPTEK tentang kapal laut dan kapal
selam.
Pada kegiatan
ketiga di dapatkan hasil, saat madu, air, minyak sayur dan alcohol di campurkan
semua larutan tidak tercampur menjadi satu tetapi membentuk lapisan – lapisan,
namun pada alcohol terjadi penggumpalan.
Pada saat benda – benda seperti makaroni, bola pimpong dan paku di
masukkan terjadi reaksi yang berbeda – beda. Seperti pada makaroni saat
dimasukkan kedalam toples yang berisi larutan posisi makaroni berada di dalam
air, pada bola pimpong berada di atas permukaan larutan alkohol, sedangkan pada
paku justru tenggelam di lapisan bawah yaitu madu. Terjadi perbedaan pada benda yang dimasukkan
kedalam lapisan larutan, hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan massa
jenis dari zat cair maupun zat padat. Percobaan tersebut sesuai dengan hukum
yang dikemukakan oleh Archimendes. Archimendes mengemukakan bahwa suatu benda
yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam permukaan air akan mengalami
gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh
benda tersebut. Dari percobaan yang dilakukan ada benda yang terapung, melayang
dan tenggelam. Suatu benda dikatakan terapung apabila massa jenis zat cair
lebih besar dari pada massa jenis benda tersebut, sehingga gaya ke atas lebih
besar dari gaya berat benda. Peristiwa melayang pada benda diakkibatkan massa
jenis zat cair sama dengan massa jenis benda tersebut, sehingga gaya keatas
sama dengan gaya berat benda. Sedangkan
benda dikatakan tenggelam apabila massa jenis zat cair lebih kecil dari massa
jenis benda, sehingga gaya ke atas lebih kecil dari gaya berat benda. Pada kegiatan yang dilakukan IPTEK yang dapat
diterapkan adalah penyelam pada dasar air, maka penyelam akan mengapung.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari percobaan yang
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Massa jenis adalah pengukuran massa
setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu
benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis berfungsi
untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
2.
Nilai massa jenis suatu
zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi
tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu mempunyai
masssa jenis yang sama.
3.
Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang
sama. Kegiatan pertama dilakukan untuk mengetahui massa jenis pada zat padat.
4.
Untuk mengetahui massa
benda tidak beraturan dapat dilakukan pengukuran dengan menimbang pada
neraca. Karena bentuknya tidak beraturan
maka pengukuran volumenya dengan menggunakan gelas ukur.
Saran
Sebaiknya ada terjalinnya hubungan kerja sama antar praktikan dengan asisten
sangat diperlukan untuk dapat mencapai target yang diinginkan
DAFTAR
PUSTAKA
Bredthauer, Wilhem et al.
1993. Impulse Physik Jilid 1.
Stuttgard: Ernst Klett Schubuchvelag.
Hidayat, Bambang. 1979. Bumi dan
Antariksa jili 1 dan 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kondo, 1982. The New Book Of
Populer Sience. New York: Groiler Int. Inc
Searss, F.W dan M.W. Zeamansky.1985. Fisika untuk Universitas jilid 1. Bandung:
Bina Cipta
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar